Rengekan Kecil untuk Ibu Pertiwi

Yang terkasih, Ibu Pertiwidi Indonesia, Asia Tenggara, Asia Bagaimana kabarmu, Ibu? Baik-baik sajakah dirimu saat ini? Tiada hal yang patut aku pinta selain mengharapkan dirimu sejahtera selalu. Aku menulis surat ini tak lain hanya ingin bercerita tentang apa yang selama ini anak-anakmu rasakan. Mungkin ceritaku tak lebih dari sekadar omongan anak kecil yang begitu merindukan… Lanjutkan membaca Rengekan Kecil untuk Ibu Pertiwi

Diterbitkan di Esai

Ketika Bumi Rafflesia dibumihanguskan demi Membumikan Bumi Merah Putih

Tanah yang menjadi tempat bertapak, berkehidupan, dan bermasyarakat selama roh masih terkandung dalam tubuh seorang insan tak urung memiliki jati diri dan nyawa tersendiri. Jiwa yang dimuatnya tertaut abadi di sana mulailah dari lahir, tumbuh sebagai remaja awam, berdiri sebagai dewasa tangguh, hingga kembali lagi ke pemunculan asalnya. Apa jadinya ketika jati diri tanah itu… Lanjutkan membaca Ketika Bumi Rafflesia dibumihanguskan demi Membumikan Bumi Merah Putih

Diterbitkan di Esai

Raupan Energi dari Panggung Sang Melodi

Bulan sabit kelima setahun yang lalu merupakan bulan yang penuh harap bagi semua penggemar musik dan melodi dari sebuah grup yang digagas dua puluh lima tahun silam di Huntington Beach, California. Lima orang yang pandai menyalurkan nada harmonis berpadu dengan energi yang keras sudah dinanti-nanti oleh berpuluh ribu raga. Tak lama lagi, grup itu akan… Lanjutkan membaca Raupan Energi dari Panggung Sang Melodi

Diterbitkan di Esai

Melambat: Kemewahan di Derasnya Arus Kehidupan

Dulu aku berpikir bahwa kecepatan adalah apa yang dibutuhkan oleh umat manusia sekarang. Tak ubahnya pesawat jet yang melesat dengan sangat cepat, demikian pula arus kehidupan yang diimpikan oleh kita semua. Melaju mengelilingi setiap sudut planet bumi, menjelajahi berbagai warta, dan bertukar informasi dengan lega tentu memerlukan laju kecepatan cahaya. Sekarang tak hanya sepersekian detik,… Lanjutkan membaca Melambat: Kemewahan di Derasnya Arus Kehidupan

Diterbitkan di Esai

Balik ke Hulu, Bersua Ruang Jiwa (Bagian II)

Malam hari biasanya menjadi waktu tenang di ruangan yang senantiasa menjadi wadah berkumpul, bercakap, atau hanya duduk menatap layar gawai. Terpampang televisi yang sedang menyiarkan sebuah acara yang sesekali disaksikan oleh kami. Ayah dan Ibu juga biasanya menghabiskan waktu di gawainya masing-masing, karena hanya malam hari lah mereka bisa melegakan pikiran setelah seharian letih bergelut… Lanjutkan membaca Balik ke Hulu, Bersua Ruang Jiwa (Bagian II)

Diterbitkan di Esai

Balik ke Hulu, Bersua Ruang Jiwa (Bagian I)

Hampir seluruh umat sudah tentu mendambakan rasanya balik ke hulu tempat dia berasal. Tempat di mana dia bakal bersua ruang jiwa dengan sepuasnya. Membicarakan kabar, bertukar pengalaman, dan mengisi ruang berkumpul yang sudah lama dinantikan. Mendekap hangat orang tua dan saudara yang sudah lama menyulam waktu demi menatap mata yang sedang menyinari semesta tanpa batas.… Lanjutkan membaca Balik ke Hulu, Bersua Ruang Jiwa (Bagian I)

Diterbitkan di Esai

Rutinitas tanpa Nada seorang Buruh di Ibu Kota

Nyatanya ibu kota tidak seperti seorang ibu yang selalu menyayangi, merawat, dan menanyakan setiap hari apakah aku baik-baik saja. Tak sejalan dengan hati seorang ibu, hati ibu kota jauh lebih bangkar. Tak bisa lunak ketika mataku dibanjiri sungai kecil karena dihantam oleh riuhnya kehidupan. Tak bisa digenggam ketika tubuhku merindukan rangkulan yang hangat. Ibu kota… Lanjutkan membaca Rutinitas tanpa Nada seorang Buruh di Ibu Kota

Diterbitkan di Esai